MALANG - Wabah Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) yang disebabkan oleh virus Aphtaee epizootecae baru-baru ini meresahkan para peternak. Kasus ini umumnya terjadi pada hewan ternak sapi. Berdasarkan data Dinas Peternakan Jawa Timur per 5 Juni 2022, terindikasi sebanyak 32.949 sapi terpapar virus PMK (dilansir dari detik.com, 2022).
PMK dapat ditularkan melalui kontak langsung antara hewan yang terkena penyakit dengan hewan yang masih sehat, maupun kontak tidak langsung yang dapat menular melalui udara atau manusia sebagai perantara virus.
Gejala umum yang muncul apabila sapi terinfeksi PMK yakni demam tinggi, tidak mau makan, dan terdapat luka pada kuku dan mulutnya. Wabah ini dapat menyebabkan penurunan bobot badan pada ternak sehingga menimbulkan kerugian bagi peternak menjelang hari raya Idul Adha.
Produsen susu sapi di Kabupaten Malang khususnya di Kecamatan Kasemmbon, Jabung, Pujon, Ngantang, dan Tumpang yang terkena dampaknya, telah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan imunitas dan mengurangi luka pada sapi dengan memberi empon-empon.
Melihat hal tersebut, tim Kuliah Kerja Nyata Doktor Mengabdi (KKN-DM) Universitas Brawijaya (UB) yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Pertanian (FP), dan Fakultas Tekhnologi Pertanian (FTP), menginisiasi penanggulangan wabah tersebut dengan inovasi Eco-Enzyme.
Tim KKN-DM yang diketuai oleh Dr. Riyanti Isaskar, S.P., M.Si ini bekerjasama dengan komunitas Eco-Enzyme Nusantara, PMI Batu, TANAGA, dan relawan Eco-Enzyme Malang Batu yang sudah berlangsung sejak 14 Juni 2022.
Eco-Enzyme (EE) merupakan olahan limbah organik seperti sayur dan kulit buah yang difermentasi secara anaerob sehingga menghasilkan senyawa asam propionat, asam asetat, nitrat, dan karbon trioksida. Kandungan fenol pada kulit buah sebagai senyawa metabolit sekunder bermanfaat sebagai anti-oksidan, anti-inflamasi, non-alergic, anti-septik, anti-bakteri dan memberikan efek vasodilator untuk meminimalisir pembekuan darah.
Baca juga:
Sri Hastjarjo, S Sos , Ph D: Pers dan Media
|
Semakin banyak variasi bahan organik yang digunakan, maka kandungan dari EE semakin lengkap (minimal 5 macam sayuran atau buah). EE dapat dibuat secara mandiri dengan memanfaatkan gula, bahan organik, dan air dengan perbandingan 1 : 3 : 10. Pembuatan EE yang mudah, murah dan ramah lingkungan dapat menekan biaya pengeluaran dari para peternak. Hanya membutuhkan wadah besar dapat menekan jumlah sapi terjangkit PMK.
Kegiatan ini diawali dengan sosialisasi dan pendampingan pembuatan EE pada lebih dari 50 peternak di desa Pait, kecamatan Kasembon, Kamis (16/06/2022).
Baca juga:
Kode Etik Jurnalistik
|
“Eco Enzyme aman digunakan pada ternak karena komposisi yang digunakan bersifat alami. Upaya Eco Enzyme dalam menekan wabah PMK dengan cara diaplikasikan sebagai obat, pakan ternak dan juga desinfektan alami, ” jelas Riyanti.
Pendampingan pembuatan EE dilakukan untuk memberdayakan peternak sehingga dapat membuat EE secara mandiri ketika stok EE yang diberikan telah habis.
“Peternak sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pemberdayaan Eco-Enzyme ini, hal ini dikarenakan belum adanya tindakan nyata dari pihak pemerintah daerah dalam menangani kasus PMK terutama pada wilayah tersebut, ” ungkapnya.
Selain melakukan pendampingan pembuatan EE, mahasiswa, dosen, dan relawan juga memberikan informasi dan pendampingan dalam penanganan serta pencegaham PMK pada sapi ternak, karena ekstrak EE dapat dijadikan obat terutama pada kuku dan mulut sapi.
Pencegahan yang dimaksud dilakukan dengan cara melarutkan 1 ml EE menggunakan 400 ml air sebagai campuran air minum ternak dan dioleskan pada wilayah mulut dan kaki sapi yang telah terpapar. Dengan dosis 1 ml EE : 1000 ml air juga dapat diaplikasikan sebagai desinfektan ternak baik utk mandi maupun disenfektan kandang. Selain itu, ampas EE juga dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak.
Penggunaan EE dilakukan secara rutin yakni dua kali dalam sehari agar pengaruh yang diberikan terlihat membuahkan hasil yang optimal, sedangkan untuk pencegahan hanya dilakukan 1 kali dalam sehari.
“Para peternak yang telah mengaplikasikan EE pada sapi yang sudah terjangkit, melaporkan bahwa penggunaan EE dalam satu hari dapat meningkatkan nafsu makan pada sapi sehingga meningkatkan imunitas tubuhnya. Bahkan kuku sapi yg bernanah dapat juga sembuh dengan aplikasi EE tersebut, ” terang Riyanti.
Foto : Tim KKN-DM UB bersama relawan Eco enzym Maoang raya dan PMI Batu mendistribusikan Eco enzym ke peternak.
Dengan adanya inovasi ini, diharapkan pihak akademisi, relawan, maupun pemerintah kedepannya bisa saling bekerja sama dalam upaya penanganan PMK khususnya di Jawa Timur dengan cara perluasan penyebaran Informasi terkait manfaat EE.
“Hal ini sangat membantu peternak kita mengingat keberadaan obat yang masih susah, kalaupun pun ada harganya mahal, ” pungkas dosen pada Fakultas Pertanian ini. (Ryt/Irene)